A.
Mekanisme
Pencernaan pada Vertebrata
Organ pencernaan pada hewan
vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar
pencernaan (glandula digestoria).
1.
Mekanisme Pencernaan Pada Ikan
Saluran
pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga
mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan
lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan
lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan
masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus
berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui
makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke
lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada
beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan
makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus
yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada
anus.Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan
kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian
depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas
lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi
hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu
proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary
terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung
empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan.
Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon
insulin.
1. Mekanisme Pencernaan Pada Amfibi
Mekanisme
pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah katak.
Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut
saluran pencernaan pada katak meliputi:
(1)
rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk
memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
(2)
esofagus; berupa saluran pendek,
(3)
ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila
terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya
esofagus dan lubang keluar menuju usus
(4)
intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan
usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum
jelas batas-batasnya.
(5)
Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
(6)
kloaka: merupakan muara bersama antara saluran
pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
(7)
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan
pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi
lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan
dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. pankreas berwarna kekuningan,
melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi
menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
1.
Mekanisme Pencernaan Pada Reptil
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, mekanisme
pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Secara berturut-turut
saluran pencernaan pada reptil meliputi:
(1)
rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang
atas dan bawah, masing-masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut,
gigi
menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga
mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang
dua,
(2)
esofagus (kerongkongan),
(3)
ventrikulus(lambung),
(4)
intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal
yang bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil
meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua
lobus (gelambirf dan berwarna kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi
sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk
pipih kekuning-kuningan.
2.
Mekanisme Pencernaan Pada Burung
Organ pencernaan pada burung terbagi
atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi
berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran pencernaan pada
burung terdiri atas:
(1)
paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
(2)
rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan
penghubung antara rongga mulut dan tanduk,
(3)
faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung
terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat
penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
(4)
lambung terdiri atas:
·
Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan
enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
·
Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya
berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir
yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan
disebut sebagai ” hen’s teeth”,
(5)
intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal
yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada
burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
3.
Mekanisme Pencernaan pada Hewan Mamah Biak
(Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan
rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak
(ruminansia). Mekanisme pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan
kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh
hewan pada umumnya sehingga mekanisme pencernaannya berbeda dengan mekanisme
pencernaan hewan lain. Perbedaan mekanisme pencernaan makanan pada hewan
ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar)
yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping
itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4
bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut
kitab), dan abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai
dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum
7-8%, dan abomasums 7-8′/o. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada
saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya
pada hewan ruminansia. Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak
mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa.
Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak
seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda, kelinci,
dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali,
yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali,
yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa
tertentu. Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan
bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino.
Di samping itu, bakteri ini dapat, menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat
dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
Agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh makanan yang
dikonsumsi perlu dilakukan proses terlebih dahulu yaitu dicerna dan
berlangsungnya proses ini diperlukan alat-alat pencernaan dan kelenjar
pencernaan.
A.
Mekanisme
Respirasi pada Vertebrata
1.
Mekanisme Pernapasan
Ikan ( Pisces )
Hewan Vertebrata telah memiliki mekanisme sirkulasi yang
fungsinya antara lain untuk mengangkut gas pernapasan (O2) dari tempat
penangkapan gas menuju sel-sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk
mengangkut gas buangan (CO2) dari sel sel jaringan ke tempat pengeluarannya.
Mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata beragam. Simaklah uraian di bawah
ini agar Anda lebih memahami mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata
khususnya ikan.
Mekanisme Pernapasan Ikan
Ikan
bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna
merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan
air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap
lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung
banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang
memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2
berdifusi keluar.
Pada ikan
bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang
(operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya
tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok
ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru
(Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator.
Contoh: Mekanisme pernapasan pada ikan bertulang sejati pada
ikan mas. Insang ikan mas tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh
tutup insang (operkulum). Perhatikan Gambar 7.16. Insang ikan mas terdiri dari
lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi
insang yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan
filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak,
berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh
kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah
pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.
Gas O2 diambil dari gas
O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari insang, O2 diangkut
darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh,
gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk
melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan
berulang-ulang.
(1)
Fase inspirasi
ikan
Gerakan tutup insang ke
samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga
mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya,
tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah
mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.
(2)
Fase ekspirasi
ikan
Setelah air masuk ke
dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula
diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah
insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran
udara pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2
dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk
dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi,
CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari
insang diekskresikan keluar tubuh.
2.
Mekanisme
Respirasi pada Amfibi
Ada tiga ordo dalam
kelas amfibi. Ordo Gymnophiona adala ordo amfibi yang tidak berkaki, salah satu
contohnya hidup di Sumatra, yaitu lchthyophis elongatus yang berbentuk seperti
cacing. Ordo Urodela, atau golongan salamander, adalah ordo amfibi yang berkaki
dan berekor. Ordo Anura adalah golongan katak dan kodok, yaitu amfibi yang
berkaki tetapi tidak berekor. Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput
rongga mulut, kulit, dan paruparu. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan
insang karena hidupnya di air.
Selaput rongga mulut
dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler
yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas
dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di
bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit
pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan
selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun
paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru
yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan
dapat berdifusi. Paruparu dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek.
Dalam paru-paru
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya
oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paruparu. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar.
Setelah itu koane
menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga
mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke
paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas,
oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya,
karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai
berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru
tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan
sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang
juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya
karbon dioksida keluar.
3.
Mekanisme
respirasi pada Reptil
Reptil
memiliki alat pernapasan berupa paru-paru. Pada kura-kura selain dengan
paru-paru, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit tipis dengan banyak
kapiler darah yang ada di sekitar kloaka. Mekanisme respirasi adalah sebagai
berikut:
(1) Fase
inspirasi: otot tulang rusuk berkontraksi sehingga rongga dada membesar yang diikuti
paru-paru mengembang, akibatnya udara dari luar masuk melalui lubang hidung,
trakea, bronkus, dan paru-paru.
Gas O2 dalam udara masuk melalui
hidung → rongga mulut → anak tekak → trakea yang panjang
→ bronkiolus dalam paru-paru → dari paru-paru O2 diangkut darah
menuju ke seluruh jaringan tubuh.
(2) Fase
ekspirasi: otot tulang rusuk relaksasi sehingga rongga dada dan paruparu mengecil,
akibatnya udara dari paru-paru keluar melalui paru-paru, bronkus, trakea, dan
lubang hidung.
Dari jaringan tubuh gas CO2
→ di angkut darah menuju jantung → kemudian menuju ke paru-paru untuk
dikeluarkan → bronkiolus → trakea yang panjang → anak tekak
→ rongga mulut → dan terakhir melalui lubang hidung.
Paru-paru
Reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk.
Paru-paru Reptilia hanya terdiri dari beberapa lipatan dinding
yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru-paru kadal,
kura-kura, dan buaya lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang
membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa
jenis kadal, misalnya bunglon Afrika, mempunyai pundi-pundi hawa atau
kantung udara cadangan sehingga memungkinkan hewan tersebut melayang di
udara.
4.
Mekanisme Pernapasan
pada Burung ( Aves )
Pada burung, tempat
berdifusinya udara pernapasan terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah
sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan (masuknya udara ke
dalam tubuh) pada burung berturut-turut sebagai berikut.
(1) Dua
pasang lubang hidung yang terdapat pada pangkal paruh sebelah atas dan pada
langit-langit rongga mulut.
(2) Celah
tekak yang terdapat pada dasar hulu kerongkongan atau faring yang menghubungkan
rongga mulut dengan trakea.
(3) Trakea
atau batang tenggorok yang panjang, berbentuk pipa, dan disokong oleh cincin
tulang rawan.
(4) Sepasang
paru-paru berwarna merah muda yang terdapat dalam rongga dada. Bagian ini
meliputi bronkus kanan dan bronkus kiri yang merupakan cabang bagian akhir dari
trakea. Dalam bronkus pada pangkal trakea, terdapat sirink (siring), yang pada
bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar dan
dapat menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus, yang
merupakan bronkus sekunder, dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (bagian
ventral) dan dorsobronkus (bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
dorsobronkus oleh banyak parabronkus (100 atau lebih). Parabronkus berupa
tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler, sehingga memungkinkan udara
berdifusi.
Mekanisme pernapasan
pada burung dibedakan menjadi dua, yaitu pernapasan waktu istirahat dan
pernapasan waktu terbang. Pada waktu istirahat, tulang rusuk bergerak ke depan,
rongga dada membesar, paru-paru mengembang sehingga udara masuk dan mengalir
lewat bronkus ke kantung udara bagian belakang, bersamaan dengan itu udara yang
sudah ada di kantung udara belakang mengalir ke paru-paru dan menuju kantung
udara depan. Pada saat tulang rusuk kembali ke posisi semula, rongga dada
mengecil sehingga udara dari kantung udara masuk ke paru-paru. Selanjutnya,
saat di alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus. Jadi, pengikatan O2
berlangsung pada saat inspirasi maupun ekspirasi.
Pada waktu terbang,
inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung-kantung udara. Waktu sayap
diangkat ke atas, kantung udara di ketiak mengembang, sedang kantung udara di
tulang korakoid terjepit, sehingga terjadi inspirasi (O2 pada tempat itu masuk
ke paru-paru). Bila sayap diturunkan, kantung udara di ketiak terjepit, sedang
kantung udara di tulang korakoid mengembang, sehingga terjadi ekspirasi (O2
pada tempat itu keluar). Makin tinggi burung terbang, makin cepat burung
mengepakkan sayapnya untuk mendapatkanoksigen yang cukup banyak.
Udara luar yang masuk,
sebagian kecil tetap berada di paru-paru, dan sebagian besar akan diteruskan ke
kantung udara sebagai udara cadangan. Udara pada kantung udara dimanfaatkan
hanya pada saat udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang
mengepakkan sayapnya.
5.
Mekanisme
Respirasi pada Mamalia
Pernapasan atau
respirasi merupakan serangkaian langkah proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran sisa berupa karbondioksida dan uap air. Oksigen diperlukan oleh
seluruh sel-sel tubuh dalam reaksi biokimia
(oksidasi biologi) untuk menghasilkan energi berupa ATP
(adenosin tri phosphat). Reaksi tersebut menghasilkan zat sisa berupa
karbondioksida dan uap air yang kemudian dihembuskan keluar. Jadi tujuan
respirasi sebenarnya adalah untuk membentuk ATP yang diperlukan untuk seluruh
aktivitas kehidupan.
Berdasarkan tempat terjadinya pertukaran
gas O2 dan CO2, pernapasan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
·
pernapasan luar/respirasi eksternal,
yaitu pertukaran O2 dalam alveolus dengan CO2 dalam
darah.
·
pernapasan dalam/respirasi internal,
yaitu pertukaran gas O2 dengan CO2 dari aliran darah
dengan sel-sel tubuh
Mekanisme
Pernafasan
Gerakan pernapasan
diatur oleh pusat pernapasan (medulla oblongata) yang terdapat di
otak. Sedangkan keinginan bernafas adalah karena adanya rangsangan dari
konsentrasi CO2 dalam darah. Bila kita menahan napas dalam waktu
tertentu, maka dorongan untuk bernapas semakin besar. Ini terjadi karena kadar
CO2 dalam darah semakin meningkat dan akan memacu pusat pernapasan
agar organ pernapasan melakukan gerakan bernapas.
Ada dua cara pernafasan
yang dilakukan manusia, yaitu pernafasan dada dan pernafasan perut.
Organ yang terlibat pada pernafasan dada adalah tulang rusuk, otot antar rusuk
(intercostae), dan paru-paru. Sedangkan pada pernafasan perut yang terlibat
adalah diafragma, otot perut, dan paru-paru.
(1) Pernapasan dada
·
Inspirasi : Bila
otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka tulang rusuk terangkat, volume
rongga dada akan membesar sehingga tekanan udara di dalamnya menjadi lebih
kecil daripada tekanan udara luar, sehingga udara masuk ke paru-paru.
·
Ekspirasi : Bila
otot antar tulang rusuk relaksasi, maka posisi tulang rusuk akan menurun,
akibatnya volume rongga dada akan mengecil sehingga tekanan udara membesar,
akibatnya udara terdorong ke luar dari paru-paru.
(2) Pernapasan perut
·
Inspirasi : Bila
otot diafragma berkontraksi, maka posisi diafragma akan mendatar, akibatnya
volume rongga dada bertambah besar, tekanan mengecil, sehingga udara masuk ke
paru-paru
·
Ekspirasi : Bila
otot diafragma relaksasi, maka posisi diafragma naik/melengkung, sehingga
rongga dada mengecil, tekanan membesar, akibatnya udara terdorong keluar.
REFERENSI
http://c31121038.blogspot.com/2013/06/fisiologi-ternak-sistem-pernafasan.html